Selasa, 15 Januari 2008

Nur

NUR... OH NUR...!

Pagi itu, dengan gerobak dorong, Nenek Trubus menelusuri jalanan komplek Pondok Nusantara tempat tinggal saya untuk menjajakan aneka makanan sarapan. Nasi gurih buatan nenek itu adalah makanan pavorit saya. Sementara itu, Nur kemanakan yang tinggal bersama kami sedang menjemur pakaian yang baru saja selesai dicuci.

Kemudian isteri saya memesan kepada Nur, katanya : "Nur, beli nasi gurih untuk Uda-mu !" (dalam bahasa Batak Uda = Paman). Setelah mengucapkan kata-kata itu, isteri saya beranjak bersama kedua anak kami keluar komplek dan Nur segera mengambil piring ke dapur untuk tempat nasi gurih.

Beberapa menit kemudian, Nur membawa dua piring nasi gurih dan meletakkannya di atas meja makan. Lalu, saya bertanya : "Lho, kok dua piring?" Nur menjawab : "Kan ini untuk sarapan kita ?" Lalu saya jawab : "Inangudamu (tantemu) kan memesan satu piring saja untuk Uda, sekarang dia keluar untuk membeli sarapan kalian, bilang ke Inangudamu sana, kalau kamu sudah beli dua piring !", pesanku.

Segera, tergopoh-gopoh Nur mengejar tantenya. Sedangkan saya menemui Nenek Trubus untuk membayar dua piring nasi gurih yang telah berada di atas meja makan. "Nek, berapa ?" tanyaku. "Sepiring dua ribu, jadi empat piring delapan ribu", jawabnya. "Lho, kok empat piring bukannya dua piring, kan Nur, sudah batalin yang dua piring ?" Jawab nenek : "Dia hanya bilang tunggu dulu, bukan batalin yang dua piring lagi".

Sesampai di rumah, Nur menjelaskan kepada saya bahwa isteri saya akan membeli satu bungkus nasi gurih saja, karena dua piring telah dibeli dari Nenek Trubus. "Kamu bilang dua piring dibeli dari Nenek Trubus, nyatanya ini kan tiga piring, tadinya nenek mau bikin empat piring, tapi gak jadi karena keburu saya batalin ?" sanggah saya kepada Nur. "Kamu bilang apa tadi sama nenek ?" jejal saya. Aku bilang kepada nenek : "Nek, dua piring nggak jadi ya !"

Saya jadi bingung, tujuh keliling.

Tidak lama kemudian isteri saya sampai di rumah. Tiga bungkus nasi gurih diletakkan di atas meja. "Kok, tiga bungkus ?" tanya saya. "Ya iya lah, kan satu bungkus sudah dibeli dari nenek !" Jawab isteri dengan singkat. "Nur bilang kepada saya, mama akan beli satu bungkus nasi gurih karena dua piring sudah dibeli dari nenek", jawabku. "Tapi, itu kok ada tiga piring ?" timpal isteri saya.

Isteri saya bingung sedangkan saya bertambah bingung 360 keliling.

Senin, 14 Januari 2008

Cegah Malnutrisi Dengan Kelor



CEGAH MALNUTRISI DENGAN KELOR

Pohon kelor sudah dikenal luas di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Tetapi, manfaatnya belum dipergunakan secara maksimal di dalam kehidupan. Tidak diketahui pasti mengapa, apakah karena sulitnya mendapat bibit, susah merawat, tidak diketahui manfaatnya, unsur magis lebih menonjol padanya atau karena belum populer sehingga perlu diperkenalkan lebih mendalam.

Dengan membaca buku berjudul Cegah Malnutrisi Dengan Kelor, akan membantu para pembaca untuk lebih mengenal dan mengetahui lebih bayak mengenai pohon kelor. Mulai dari identifikasi secara visual, bagaimana cara menanam, mengetahui manfaat setiap bagian pohon kelor khususya daun, kemampuannya mengatasi masalah kekurangan gizi disertai dengan studi kasus serta cara pengolahan daun kelor dalam kehidupan sehari-hari.

Pada Bab 5 buku ini, penulis mencoba membuka pemikiran pembaca dengan mengetengahkan masalah kekurangan gizi yang sedang melanda anak-anak Indonesia dikaitkan dengan kandungan gizi daun kelor yang sangat luar biasa yang mampu menanggulangi masalah tersebut.

Apabila ada yang berminat untuk membeli buku ini, dapat menghubungi saya melalui Blog ini. Terima kasih.